Miskonsepsi Belajar
Apa itu Belajar ?
Bila pertanyaan tersebut dilontarkan, pasti menghasilkan banyak variasi jawaban. Sebagian akan menjawab belajar sebagai perilaku membaca buku pelajaran, mengerjakan soal, berdiskusi atau bahkan ada juga yang menjawab belajar sebagai berangkat sekolah. Bila tidak di sekolah, maka anak tidak belajar. Jadi mari kita refleksikan kembali makna belajar dengan mengenali miskonsepsi tentang belajar.
Belajar hanya untuk Ujian
Bila tidak ada ujian, maka tidak belajar. Di sekolah dan kampus, ujian dibuat jadwal berkala yang mengukuhkan ujian sebagai ritual penting. Lahir kebiasaan SKS, sistem kebut semalam. Upaya habis-habisan menguasai pelajaran pada malam menjelang hari ujian. Ujian selesai, belajar pun usai. Pelajaran tak diingat lagi. Padahal dalam kehidupan, tidak ada jadwal ujian. Ujian kehidupan bisa datang sewaktu-waktu, tidak menunggu jadwal ujian tiba.
Kendali belajar berada pada guru
Karena kinerja pelaku dan manajemen pendidikan ditentukan oleh hasil ujian murid, maka proses belajar pun dikendalikan oleh guru. Guru yang mempunyai wewenang sepenuhnya dalam menentukan strategi, aktivitas dan asesmen belajarnya. Guru menjadi subyek, pelajar menjadi obyek. Belajar menjadi milik guru. Karena tidak dilibatkan, murid tidak mempunyai rasa memiliki terhadap proses belajar. Ketika sasaran belajar tidak tercapai, seringkali guru yang lebih cemas dibandingkan pelajarnya. Padahal belajar harusnya milik pelajar, sehingga sudah sepatutnya guru melibatkan pelajar dalam mengatur proses belajar.
Pelajar mempunyai kebutuhan dan minat belajar yang sama
Guru bukan mengajar murid, tapi mengajarmateri pelajaran. Karena itu, guru tidak perlumengenal apalagi memahami kebutuhan danminat belajar pelajarnya. Guru menggunakan 1resep untuk kelas mana pun, siapa punpelajarnya.Resep yang disebut sebagai PengajaranLangsung, proses belajar yang berpusat padaguru. Padahal kenyataannya, murid butuhmengalami diferensiasi pengalaman belajarsesuai minat, cara belajar dan ketersediaansumber belajar di sekitarnya.
Belajar itu menghafal dan menggunakan rumus
Orientasi belajar untuk ujian mendorong guru mengajar dengan cara yang memastikan pelajar bisa mengerjakan ujian dengan benar dan cepat. Cara belajar tersebut adalah menghafal dan menggunakan rumus. Selama lebih dari 12 tahun, pelajar belajar dengan cara tersebut. Tidak heran bila pelajar mempunyai keterampilan yang khas, terampil mengerjakan ujian. Padahal banyak tantangan kehidupan tidak seragam sebagaimana ujian standar. Pelajar butuh menalar sebelum memahami dan mengatasi tantangan kehidupan.
Penilaian belajar sepenuhnya wewenang guru
Karena tujuan dan cara belajar ditentukan oleh guru maka sewajarnya penilaian belajar ditentukan juga oleh guru. Guru yang tahu benar dan salah. Guru yang layak menentukan nilai dari jawaban murid. Seringkali kriteria dan cara penilaian hanya diketahui oleh guru. Pelajar diharapkan menerima begitu saja hasil penilaian, meski tidak paham maknanya. Pelajar tidak tahu perbedaan antara mendapat skor 8 dengan skor 9. Pelajar tidak mendapat informasi tentang apa konsep yang perlu diperkuat atau cara belajar yang harus diperbaiki. Padahal pelajar pun perlu belajar melakukan penilaian. Dalam kehidupan, pelajar dituntut bisa membedakan benar dan salah atau baik dan buruk.
Keyword: miskonsepsi belajar contoh miskonsepsi guru belajar komponen merdeka belajar miskonsepsi adalah konsep belajar yang tepat adalah saya akan melanjutkan cara pengajaran saya yang berupa karena merupakan miskonsepsi belajar miskonsepsi belajar adalah miskonsepsi belajar contoh kuis tujuan pendidikan dan miskonsepsi belajar berikut merupakan miskonsepsi belajar adalah apa itu miskonsepsi belajar pengertian miskonsepsi belajar contoh miskonsepsi belajar adalah miskonsepsi guru belajar miskonsepsi merdeka belajar berikut merupakan miskonsepsi guru belajar yaitu contoh miskonsepsi belajar arti miskonsepsi belajar miskonsepsi guru belajar yaitu miskonsepsi guru belajar adalah miskonsepsi teori belajar behavioristik dan kognitif
Post a Comment for "Miskonsepsi Belajar"
Yuk tinggalkan jejak dengan berkomentar