KLENENGAN SELASA LEGEN KARAWITAN PUTRI SANTI LARAS
Karawitan digunakan untuk menyebut musik yang dihasilkan
dari alat gamelan Jawa. Karawitan merupakan sebuah musik yang mencakup instrumental
dan vokal dengan menggunakan media gamelan Jawa. Sajian karawitan dapat
dilakukan mandiri yaitu tidak terikat dengan kesenian lain misalnya kesenian
tari, drama, atau wayang. Penyajian karawitan mandiri di Surakarta disebut
klenengan sedangkan di Yogyakarta disebut uyon-uyon. Media pokok klenengan pada
karawitan adalah suara manusia dan suara gamelan. Karawitan memiliki berbagai
fungsi yaitu sebagai iringan tari, wayang orang, dan pertujukkan lainnya;
sebagai pertunjukkan atau hiburan; sebagai media komunikasi; sebagai
pencerminan ekspresi; sebagai alat sosial misalnya untuk menyukseskan suatu
program dan mempererat persaudaraan; sebagai sarana upacara; dan lain-lain.
Setiap malam Selasa Legi ada pertunjukkan klenengan
di Balai Soedjatmoko Solo, jalan Slamet Riyadi 284 Surakarta. Setiap
pertunjukkan di isi oleh kelompok karawitan yang berbeda-beda. Pada hari Senin
Kliwon, malam Selasa Legi, tanggal 17 Desember 2012 kelompok karawitan putri
Santi Laras tampil dalam pertunjukkan klenengan Selasa Legen tersebut untuk
memperingati hari ibu. Kelompok karawitan putri Santi Laras merupakan kelompok
karawitan putri yang anggotanya ibu-ibu dari daerah Joyosuran, Kecamatan Pasar
Kliwon, Surakarta. Kelompok karawitan tersebut dilatih oleh Bapak Kadar. Usia
ibu-ibu yang ikut dalam pertunjukkan tersebut rata-rata di atas 50 tahun. Ada
seorang ibu yang berusia 80 tahun tetap semangat untuk menabuh gamelan.
Acara tersebut dihadiri oleh bapak-bapak dan ibu-ibu,
mahasiswa semester 5 PGSD FKIP UNS, dan beberapa turis. Berdasarkan hasil
wawancara, pertunjukkan tersebut jarang dihadiri oleh remaja. Padahal klenengan
dalam karawitan merupakan salah satu budaya Jawa yang seharusnya
dilestarikan.
Dengan berbalut busana seragam batik, ibu-ibu karawitan
putri Santi Laras menabuh gamelan dan menyanyikan lagu-lagu Jawa dengan lembut.
Pada pertunjukkan tersebut menggunakan karawitan campuran yaitu campuran antara
instrumen dan gerongan atau vokal. Pada bentuk ini keduanya memiliki kedudukan
yang sama. Artinya bahwa keras lirihnya permainan tabuhan instrumen dan sajian
vokal berjalan sejajar atau seimbang. Perpaduan yang demikian itu menghasilkan
suatu kesatuan musik yang sangat selaras, harmonis, dan enak didengar.
Karawitan campuran ini terdapat pada bentuk lain misalnya irama dadi, ketawang,
dan ladrang.
Dalam pertunjukkan klenengan tersebut menyajikan empat
paket lagu, yaitu:
1.
Paket
1 : Jamuran,
Ladrang Ayun-ayun, Langgam Wuyung, Lir-Ilir, Wajibe dadi Murid
2.
Paket
2 : Dolan
Menyang Sala, Asmarandana (Ganda Arum), Puspanjala, Dayohe Teko
3.
Paket
3 : Gugur
Gunung, Sumyar, Kuwi Opo Kuwi
4.
Paket
4 : Langgam
Dadi Ati, Onde-onde
Instrumen gamelan yang ditabuh
antara lain kendhang, gong, bonang barung, bonang penerus, kethuk, kempyang,
kenong, saron barung, saron penerus, demung, gambang, dan lain-lain.
1.
Tabuhan
ketuk : pada setiap sabetan kedua setiap gatra balungan
2.
Tabuhan
kempyang : pada setiap sabetan ganjil gatra balungan
3.
Tabuhan
kempul : pada setiap gatra ganjil kecuali gatra 1
4.
Tabuhan
kenong : pada setiap akhir gatra genap
5.
Tabuhan
gong : pada setiap akhir setelah kenong keempat
Pertunjukkan ini merupakan
acara yang positif. Dengan melihat pertunjukkan ini dapat menambah kecintaan
kepada kesenian karawitan, menambah pengetahuan, dan menggugah hati untuk dapat
ikut membantu melestarikan kebudayaan Jawa khususnya kesenian karawitan.
Pertunjukkan ini membuat kita semakin menyadari bahwa dengan karawitan dapat
mempererat komunikasi dan persaudaraan antar penabuh gamelan maupun yang
menyanyikan gendhing. Karawitan mengajarkan kepada kita untuk tetap berada
dalam keseimbangan, tidak mudah terkalahkan oleh hawa nafsu, belajar untuk
toleransi dan menghargai orang lain, dan sebagainya. Sebagai generasi muda
seharusnya kita malu melihat ibu-ibu itu tetap semangat untuk melestarikan
karawitan. Sebagai generasi muda yang memiliki tenaga lebih seharusnya lebih
semangat lagi untuk melestarikan karawitan.
Acara tersebut berlangsung
dengan lancar. Mahasiswa semester 5 PGSD FKIP UNS sangat antusias menikmati
pertunjukkan tersebut. Banyak hal yang dapat dipelajari dari sebuah kesenian
karawitan. Semoga kesenian karawitan tetap lestari hingga dapat diwariskan
kepada generasi-generasi yang akan datang.
salut maju terus seni budaya jawa
ReplyDeleteLanjutkannnn . . . hehehe....
Delete